English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Archive for 01/07/2012

i-spo.org


.


Ajang Kompetisi Nasional, Indonesian Science Project Olympiad (ISPO) 2012.
Ayo Anak Bangsa Indonesia Tunjukkan Prestasimu.

Informasi Lebih Lanjut, www.i-spo.org

Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar


.

Kepeduliannya terhadap lingkungan membuat tiga siswa dari SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo terpacu untuk merangkai sebuah alat daur ulang sampah. Melalui alat itulah, Bradja Muhammad Helmy, M Aditya PH dan M Arif Abidin mampu meraih juara I lomba Innovative Material Enginering Competition (IMEC) 2011 Nasional tingkat SMA pada 29-30 April lalu di ITS Surabaya. 

     ALAT yang diciptakan oleh ketiga siswa tersebut memang bukan alat daur ulang sampah biasa. Melalui sistem distilasi dengan menggunakan alat, diantaranya tabung labu, bunsen dan pipa kaca, sampah plastik Low Density Polyethylene (LDPE) atau sampah plastik bungkus, dan Polypropilene (PP) atau plastik gelas mineral, mampu menghasilkan bahan bakar sejenis bensin dan kerosin.

     Awalnya, rencana membuat alat tersebut tidak terlintas sama sekali di benak ketiga siswa tersebut. Namun, banyaknya literatur yang menyatakan keberadaan sampah yang semakin menggunung, ketiganya pun tergerak. Apalagi, selama ini, plastik dianggap sebagai ‘monster limbah’ yang sulit dimusnahkan.

‘’Saat membakar plastik, pasti plastik tersebut menyala lebih tahan lama dan pasti melumer. Dari situlah ide membuat alat dari bahan plastik akhirnya muncul,’’ ujar Bradja Muhammad Helmy.



SAMPAH JADI BAHAN BAKAR : Ketiga siswa mempraktekkan cara kerja alat daur ulang di lab Kimia SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo.

Arif mengatakan, penelitian dari beberapa tokoh yang menyebutkan bahwa plastik merupakan residu hasil cracking minyak bumi, membuat keyakinannya semakin meningkat untuk membuat plastik menjadi minyak bumi kembali Hasilnya.

Mereka memadukan beberapa alat yang yang didasari oleh hukum kekekalan energi. Yakni, energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain tetapi tidak bisa diciptakan ataupun dimusnakan. Menurutnya, alat tersebut diciptakan  dalam waktu yang mepet. Hanya dalam waktu tiga bulan, alat daur ulang itu mampu dibuat dengan hasil yang memusakan. Hanya dengan biaya Rp 300 ribu, alat tersebut mampu menciptakan energi alternatif yang nantinya dapat menjadikan pengganti minyak bumi yang semakin hari semakin menipis.

     Pada intinya, kata siswa kelas 11 ini, melalui sistem distilasi, yakni pencapaian dari zat dengan titik didih tinggi menuju titik didih rendah yang sempurna, dapat menghasilkan energi yang besar. Sistem tersebut bekerja saat LDPE atau PP dibakar melalui sebuah tabung labu, sehingga dapat menghasilkan energi yang diolah menjadi energi bahan bakar.

    ‘’Selama proses 80’menit dapat menghasilkan 5 mililiter (ml) bahan bakar,’’ ujar siswa jurusan IPA ini. Bradja Muhammad Helmy menambahkan, 5 ml bakan bakar tersebut diperoleh dari 10 gram sampah plastik. Jika 10 kilogram (kg) bahan sampah plastik diolah dengan alat tersebut, akan menghasilkan 1 liter bahan bakar. ‘’Akan sangat berfungsi jika sampah plastik yang terus menggunung itu  dimanfaatkan menjadi bahan bakar,’’ tandasnya.

     Daya tahan bahan bakar yang dihasilkan pun cukup kuat dan sebanding dengan bahan bakar semacam bensin. Daya tahan bakar yang dihasilkan sebanyak 0,5 ml, kata Bradja Muhammad Helmy, dapat menciptakan api selama 11 detik. Sama halnya dengan kekuatan bensin jika diukur dengan jumlah energi yang sama. Pada saat lomba IMEC dilakukan, mereka mengaku telah menyiapkan energi yang telah dibuat  sebelumnya, kepada dewan juri.

     Energi yang telah dibuat dengan sistem distilasi itu, dapat menarik perhatian juri, sehingga mampu mengalahkan 44 tim pesaing dari Sabang sampai Merauke. Menurut Aditya, meski juara, masih banyak permasalahan yang harus dibenahi untuk menyempurnakan alatnya tersebut. Diantaranya, kebocoran pada sistem pembakaran yang membuat hasil dari bahan bakar kurang maksimal.

      Nantinya, ketiga siswa tersebut menggunakan pipa stainless dengan diameter yang lebih besar lagi, untuk menciptakan energi yang lebih banyak. Ternasuk penggunaan energi tata surya untuk memanaskan plastik saat dimasukkan pada tabung labu. ‘’Energi tata surya semian membuat alat tersebut ramah terhadap lingkungan,’’ ujar kelas 11 ini.